Minggu, 13 Mei 2012

Pelatihan guru, PENTING dan PERLU



Beberapa waktu lalu penulis berkesempatan berkunjung di Sekolah PSKD Mandiri Menteng. Sekolah ini menerapkan konsep Steven Covey penemu 7th Habits yang dirujuk banyak kalangan dunia terkait pengembangan kepribadian diri terutama bagaimana melejitkan karakter leadership.

Kami datang disambut kepala sekolah dengan ramah didampingi beberapa siswa. Ternyata siswa itulah yang kemudian menjadi guide keliling sekolah. Mereka menjelaskan segala hal yang kami tanyakan terkait sekolah. Mereka sangat terampil dalam berkomunikasi. Saya berfikir siswa disini pasti sering dilatih berkomunikasi dalam pembelajaran, sehingga mereka begitu trampil berkomunikasi.  Dan itulah yang tampak dalam kegiatan pembelajaran di kelas-kelas. Terlihat betapa siswa sangat aktif. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. Banyak produk yang dihasilkan siswa, sehingga ruang kelas berubah menjadi sebuah galery karya yang terpampang dengan rapinya.

Ketika kami konfirmasi bagaimana cara sekolah membangun budaya seperti itu kepala sekolah menjawab bahwa guru di sekolah tersebut sepekan sekali wajib mengikuti pelatihan guru. Ternyata inilah kuncinya, pelatihan guru. Dengan pelatihan tersebut setiap guru terpacu untuk terus belajar mengembangkan diri dan mengeksplorasi ide yang akan menjadi sumber belajar siswa.

Mari kita renungkan, berapa kali pelatihan guru dilaksanakan di sekolah kita? Seminggu sekalikah, sebulan sekali, atau setahun sekali atau hanya sekali-sekali?. Pelatihan guru adalah kebutuhan mendasar untuk terus berkembang menjadi guru yang kreatif dan inovatif. Karena dengan pelatihan guru akan dipacu untuk terus berubah lebih baik dengan terus belajar, membaca buku, melakukan penelitian kelas sehingga setiap hari muncul produk baru dan ide-ide baru. Sehingga pembelajaranpun senantiasa segar, ramai, meriah, dan menghasilkan banyak produk. Hal ini harus disepakati oleh semua pihak baik guru, kepala sekolah maupun yayasan.

Minggu, 06 Mei 2012

Menggagas Pembelajaran Leadership di Sekolah Dasar



Ditulis oleh: Joko Kristiyanto*

Demi hidupmu, tidaklah suatu negeri sempit karena penduduknya,
Tetapi yang menjadikannya sempit adalah akhlaq para pemimpinnya.
(Noname)

Kutipan syair diatas mengisyaratkan bahwa leadership (kepemimpinan) sangat menentukan kondisi suatu negara. Negara yang kuat pasti memiliki pemimpin yang hebat. Lalu, bagaimana caranya agar negara bisa memiliki pemimpin hebat?
Sekolah adalah salah satu institusi yang bertanggungjawab dalam hal ini. Leadership harusnya masuk dalam kurikulum sekolah dan diimplementasikan oleh guru melalui kegiatan pembelajarannya.
Sejauh ini, pembelajaran leadership baru dilaksanakan di tingkat sekolah menengah dengan dibentuknya Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) itupun baru sebatas kegiatan ekstrakurikuler. Dan kebanyakan untuk tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) keberadaan OSIS belum sampai menjadi kesadaran siswa untuk melaksanakan tapi masih sebatas penunjukan dari pihak sekolah. Baru di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) saja, siswa mendapat porsi yang lebih besar dalam menentukan keberadaan OSIS. Dengan kondisi seperti ini wajarlah jika para pelajar Indonesia masih lemah sisi leadership-nya. Maka, jika perlu harusnya leadership menjadi bidang studi sendiri atau minimal menjadi kegiatan intrakurikuler di semua sekolah.

Pentingnya Pembelajaran leadership di Sekolah Dasar
Mungkinkah bisa pembelajaran leadership di insert di kurikulum Sekolah Dasar (SD)? Jawabannya adalah bisa saja, tergantung pada pihak sekolah dan guru yang melaksanakannya.
Terkait kurikulum, sejak 2006 ketika pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahap awal, pemerintah sudah mengisyaratkan bahwa setiap sekolah boleh menyusun sendiri kurikulum jika mampu. Jika belum mampu, sekolah bisa menggunakan kurikulum yang sudah disusun Depdikbud atau menduplikasi dari sekolah lain yang memiliki kesamaan visi dan misi dengan sekolah tersebut. Artinya, pemerintah sangat terbuka dengan kurikulum yang diterapkan di tiap sekolah, termasuk dalam hal ini jika sekolah menginginkan porsi lebih dalam hal leadership boleh saja sekolah menyusun sendiri kurikulumnya. Ketetapan ini berlaku umum, termasuk didalamnya sekolah tingkat dasar juga bisa mensikapi ketetapan ini dengan menyusun kurikulum yang khas di sekolah masing-masing.
Ada sebuah analogi yang patut direnungkan untuk memahami dan meyakinkan mengapa leadership harus di insert-kan mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar. Siapa yang tidak kenal dengan Tiger Woods. Ia adalah legenda hidup olahraga golf. Di usia yang masih muda ia telah menjadi pegolf nomor wahid sedunia dengan penghasilan besar sehingga iapun masuk daftar orang terkaya sedunia. Pernahkah terpikir mulai kapan ia belajar golf dan punya keinginan menjadi pegolf dunia? Ternyata, ia sudah berlatih golf sejak usia dua tahun dan bermimpi menjadi pegolf terbaik sedunia ketika dia berusia delapan tahun atau usia siswa kelas dua SD.
Dari analogi diatas ada satu pelajaran penting yang bisa diambil. Untuk menjadi orang hebat harus melakukan latihan sejak kecil. Sehingga jika diinginkan akan lahir pemimpin hebat dari pelajar Indonesia, harus diadakan latihan leadership sejak jenjang pendidikan terendah atau paling tidak sejak jenjang pendidikan SD. Oleh karena itu layak dicoba untuk dibentuk OSIS di tingkat SD.  

Simulasi pembelajaran leadership di SD
Simulasi berikut ditulis berdasarkan pada kisah nyata yang belum lama ini dipraktekkan penulis.
Pada medio Maret lalu, disaat semua media massa Indonesia mengeksposs hiruk pikuk demonstrasi menolak kenaikan BBM ada momentum bersejarah yang terjadi di sebuah sekolah swasta di Semarang. Momentum tersebut adalah Pemilihan Umum (Pemilu) OSIS yang memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Kegiatan Pemilu ini merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas IV yang sudah dimulai sejak Februari. Kegiatan pembelajaran yang menginisiasi terbentuknya OSIS ini bersumber dari silabus kurikulum dengan standar kompetensi mengenal struktur organisasi pemerintah Indonesia.  Pada umumnya di sekolah lain, ketika sampai pada materi pembelajaran bab ini siswa diminta untuk menghafalkan nama-nama menteri kabinet yang ada di pemerintah pusat Republik Indonesia (RI). Tapi tidak begitu di sekolah ini. Guru mempunyai keinginan agar siswa tidak hanya menghafal nama-nama menteri, tapi mereka juga bisa merasakan, mengalami dan melakukan proses terbentuknya sebuah struktur pemerintahan. Maka dibuatlah kegiatan pembelajaran dengan tag-line atau tema akulah presiden OSIS.
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung hampir dua bulan dengan durasi tatap muka dua jam pelajaran tiap pekannya ini berlangsung dalam tujuh tahap. Tiap tahap dilaksanakan dalam satu kali tatap muka.

Tahap pertama, Brainstorming.
Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk memahami makna organisasi beserta contoh organisasi yang ada di sekitar mereka. Tahap ini dilakukan dengan strategi pembelajaran diskusi. Guru melakukan eksplorasi pemahaman anak tentang organisasi dengan cara setiap siswa menyampaikan arti organisasi yang diketahuinya. Dari beberapa definisi yang disampaikan oleh para siswa, guru memberikan kesimpulan dan contoh organisasi mulai dari yang terdekat dengan siswa yaitu organisasi kelas dan sekolah. Hingga akhirnya semua siswa memiliki pemahaman yang sama tentang organisasi.

Setelah dirasa para siswa sudah cukup paham tentang organisasi, berikutnya guru melakukan Pemahaman tentang Pemilu yang dilaksanakan dengan strategi game puzzle (seperti pada gambar). Pada tahap ini semua siswa di fasilitasi untuk memahami proses pemilu dengan studi kasus pemilu tahun 2009 di Indonesia. Semua siswa dibagi beberapa kelompok untuk merangkai puzzle pemilu yang menggambarkan tahapan-tahapan pemilu. Puzzle pemilu berisi gambar-gambar tahapan pemilu, dari mulai terbentuknya Komite Pemilihan Umum (KPU) sampai pelantikan presiden dan wakil presiden. Siswa bebas mengurutkan gambar sesuai pengalaman yang mereka miliki ketika melihat proses pemilu tahun 2009. Setelah jadi, masing-masing kelompok mempresentasikan puzzle tadi di depan kelas. Setelah semua presentasi guru mengoreksi tahapan pemilu yang tidak sesuai dengan acuan surat edaran resmi pemerintah tentang tahapan pemilu sehingga semua siswa memahami dengan benar tahapan-tahapan pemilu di Indonesia.

Tahap kedua, Pembagian Kelompok Kerja (Pokja)
Setelah memahami tahapan pemilu siswa dibagi menjadi empat  kelompok kerja. Tiap pokja membentuk partai calon peserta pemilu. Dari tiap kelompok yang dibentuk mengirimkan satu wakil untuk menjadi anggota KPU. Tiap kelompok bermetamorfose menjadi partai calon peserta pemilu yang akan diseleksi administrasi oleh KPU. KPU juga bertugas menentukan syarat-syarat kelengkapan administrasi partai yang bisa mengikuti pemilu. Dari rapat perdana diputuskan beberapa syarat kelengkapan administrasi partai calon peserta pemilu, diantaranya; mempunyai struktur partai minimal ketua, sekretaris, bendahara. Memiliki nama dan logo partai, memiliki calon presiden dan wakil presiden, memiliki anggota minimal 15 orang yang bisa direkrut dari siswa semua kelas dan dibuktikan dengan tanda tangan di form yang dibuat sendiri oleh partai bersangkutan.

Tahap ketiga, Penetapan Partai Peserta Pemilu
Di tahap ini, KPU melakukan seleksi partai calon peserta pemilu dengan cara mengecek kelengkapan administrasi yang telah ditentukan. Dari empat partai hasil bentukan tiap pokja (Partai Wortel, Partai Pisang, Partai Semangka, dan Partai Pisang) akhirnya hanya dua partai yang berhasil lolos dan ditetapkan sebagai peserta pemilu, yaitu; partai Wortel dan Partai Semangka.

Tahap keempat, Sosialisasi Jadwal Pemilu
Tahap ini diawali dengan pembuatan jadwal pemilu oleh KPU, dan penentuan nomor urut partai peserta pemilu yang akan dicantumkan pada kartu suara. Selain nomor urut, di kartu suara juga dicantumkan foto dan nama semua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Setelah jadwal pemilu, nomor urut dan calon ditetapkan, KPU segera menempel publikasi pemilu ke tiap sudut sekolah.


Tahap kelima, Debat terbuka pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
Debat terbuka pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden merupakan salah satu bagian dari kegiatan kampanye yang difasilitasi KPU. Tujuannya adalah agar calon pemilih mengetahui program-program yang direncanakan para calon, sehingga mereka tidak ‘seperti membeli kucing dalam karung’.
Debat terbuka dilaksanakan di salah satu ruang kelas dan diikuti oleh semua siswa dan dua orang panelis dari guru. Debat diawali dengan presentasi program yang disampaikan para calon. Setelah itu panelis menanggapi presentasi calon. Tanggapan bisa berupa kritikan maupun dukungan. Semua siswa yang menghadiri debat terbuka tersebut juga diberi kesempatan secara terbuka untuk mengkonfirmasi program yang disampaikan calon. Di tahap ini kecakapan berkomunikasi para calon benar-benar diuji. Retorika masing-masing calon dalam menanggapi masukan atau kritikan bisa meningkatkan tingkat keyakinan pemilih atau justru sebaliknya bisa saja menurunkan tingkat keyakinan pemilih sehingga beralih ke calon lain. Di akhir acara debat terbuka, KPU memberikan simulasi dan tata cara memilih yang benar. 


Tahap keenam, Pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden
Tahap yang paling menentukan adalah tahap pemilihan dengan cara mencontreng kartu suara yang bergambar dua pasangan calon presiden dan wakil presiden. Kartu suara dibuat oleh KPU sejumlah pemilih dan dimasukkan kedalam box per kelas. Pemilihan dilaksanakan di ruang kelas masing-masing. Semua siswa terlibat dalam pemilihan, bahkan gurupun dilibatkan, karena mereka juga termasuk bagian dari masyarakat sekolah. Setelah mencontreng, pemilih menempelkan jari kelingkingnya pada bantalan tinta yang disediakan dan menempelkannya pada form daftar pemilih yang sudah disiapkan KPU sebagai tanda ia telah menggunakan hak suaranya. 


Setelah pemilihan usai langsung dilanjutkan dengan penghitungan suara. Dari semua kartu suara ada yang masih kosong karena ada beberapa siswa yang tidak masuk. Ada juga yang rusak karena di contreng pada semua calon. Saat penghitungan suara, masing-masing calon menunjuk saksi yang menyaksikan langsung KPU menghitung kartu suara. Setelah dihitung suara terbanyak diraih oleh pasangan calon dengan nomor urut I.

Tahap terakhir, Pidato Presiden terpilih
Pada tahap terakhir, tibalah saatnya presiden terpilih memberikan pernyataan resminya didepan publik sekolah melalui Pidato presiden yang  dilaksanakan di waktu upacara hari senin.


Namun kegiatan tidak berhenti sampai disini saja. Selanjutnya, presiden terpilih harus menyusun kabinetnya dan menetapkan program-programnya.
Kedepannya, pihak manajemen sekolah akan melibatkan pengurus OSIS tersebut secara aktif dalam pengelolaan setiap kegiatan sekolah sehingga mereka benar-benar merasakan bekerja untuk melayani masyarakat sekolah karena pada prinsipnya “pemimpin itu adalah pelayan bagi yang dipimpinnya atau sayyidul qaum qadhimuhum.”

Pengalaman siswa dalam berorganisasi di sekolah sejak dini akan mempercepat kedewasaan mereka dalam berfikir, karena mereka akan sering berhadapan dengan masalah dan dituntut untuk mampu menyelesaikannya. Selain itu, mereka juga akan tumbuh menjadi remaja yang kreatif dan tangguh dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan.
Sudah waktunya di setiap SD dibentuk OSIS sebagai wahana siswa untuk menempa karakter dan kepribadian terutama dalam hal mental leadership-nya. Karena, di tangan merekalah 20 tahun mendatang nasib bangsa ini ditentukan.

*tulisan ini berhasil menjadi juara II lomba menulis esai guru dalam rangka HUT Kota Semarang ke-465 dengan sedikit perubahan pada judul. judul aslinya adalah "urgensi pembelaajran leadership di sekolah dasar". Tulisan ini adalah pengembangan dari lesson plan dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan penulis. Tulisan ini menjadi bukti bahwa lesson plan adalah tambang emasnya guru . . . ayo guru Indonesia SEMANGAT!!!