Ditulis
oleh: Joko Kristiyanto*
Demi
hidupmu, tidaklah suatu negeri sempit karena penduduknya,
Tetapi
yang menjadikannya sempit adalah akhlaq para pemimpinnya.
(Noname)
Kutipan syair diatas mengisyaratkan
bahwa leadership (kepemimpinan)
sangat menentukan kondisi suatu negara. Negara yang kuat pasti memiliki
pemimpin yang hebat. Lalu, bagaimana caranya agar negara bisa memiliki pemimpin
hebat?
Sekolah adalah salah satu institusi yang
bertanggungjawab dalam hal ini. Leadership
harusnya masuk dalam kurikulum sekolah dan diimplementasikan oleh guru melalui kegiatan
pembelajarannya.
Sejauh ini, pembelajaran leadership baru dilaksanakan di tingkat
sekolah menengah dengan dibentuknya Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
itupun baru sebatas kegiatan ekstrakurikuler. Dan kebanyakan untuk tingkat
Sekolah Menegah Pertama (SMP) keberadaan OSIS belum sampai menjadi kesadaran
siswa untuk melaksanakan tapi masih sebatas penunjukan dari pihak sekolah. Baru
di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) saja, siswa mendapat porsi yang lebih besar
dalam menentukan keberadaan OSIS. Dengan kondisi seperti ini wajarlah jika para
pelajar Indonesia masih lemah sisi leadership-nya.
Maka, jika perlu harusnya leadership
menjadi bidang studi sendiri atau minimal menjadi kegiatan intrakurikuler di
semua sekolah.
Pentingnya Pembelajaran
leadership di Sekolah Dasar
Mungkinkah bisa pembelajaran leadership di insert di kurikulum Sekolah Dasar (SD)? Jawabannya adalah bisa saja,
tergantung pada pihak sekolah dan guru yang melaksanakannya.
Terkait kurikulum, sejak 2006 ketika pemerintah
melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) menetapkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahap awal, pemerintah sudah mengisyaratkan bahwa
setiap sekolah boleh menyusun sendiri kurikulum jika mampu. Jika belum mampu,
sekolah bisa menggunakan kurikulum yang sudah disusun Depdikbud atau menduplikasi
dari sekolah lain yang memiliki kesamaan visi dan misi dengan sekolah tersebut.
Artinya, pemerintah sangat terbuka dengan kurikulum yang diterapkan di tiap
sekolah, termasuk dalam hal ini jika sekolah menginginkan porsi lebih dalam hal
leadership boleh saja sekolah menyusun
sendiri kurikulumnya. Ketetapan ini berlaku umum, termasuk didalamnya sekolah
tingkat dasar juga bisa mensikapi ketetapan ini dengan menyusun kurikulum yang
khas di sekolah masing-masing.
Ada sebuah analogi yang patut
direnungkan untuk memahami dan meyakinkan mengapa leadership harus di insert-kan
mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar. Siapa yang tidak kenal dengan
Tiger Woods. Ia adalah legenda hidup olahraga golf. Di usia yang masih muda ia telah
menjadi pegolf nomor wahid sedunia dengan penghasilan besar sehingga iapun
masuk daftar orang terkaya sedunia. Pernahkah terpikir mulai kapan ia belajar
golf dan punya keinginan menjadi pegolf dunia? Ternyata, ia sudah berlatih golf
sejak usia dua tahun dan bermimpi menjadi pegolf terbaik sedunia ketika dia
berusia delapan tahun atau usia siswa kelas dua SD.
Dari analogi diatas ada satu pelajaran penting
yang bisa diambil. Untuk menjadi orang hebat harus melakukan latihan sejak
kecil. Sehingga jika diinginkan akan lahir pemimpin hebat dari pelajar
Indonesia, harus diadakan latihan leadership
sejak jenjang pendidikan terendah atau paling tidak sejak jenjang pendidikan SD.
Oleh karena itu layak dicoba untuk dibentuk OSIS di tingkat SD.
Simulasi pembelajaran
leadership di SD
Simulasi berikut ditulis berdasarkan
pada kisah nyata yang belum lama ini dipraktekkan penulis.
Pada medio Maret lalu, disaat semua
media massa Indonesia mengeksposs hiruk pikuk demonstrasi menolak kenaikan BBM
ada momentum bersejarah yang terjadi di sebuah sekolah swasta di Semarang.
Momentum tersebut adalah Pemilihan Umum (Pemilu) OSIS yang memilih Presiden dan
Wakil Presiden.
Kegiatan Pemilu ini merupakan
serangkaian kegiatan pembelajaran bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Kelas IV yang sudah dimulai sejak Februari. Kegiatan pembelajaran yang
menginisiasi terbentuknya OSIS ini bersumber dari silabus kurikulum dengan
standar kompetensi mengenal struktur organisasi pemerintah Indonesia. Pada umumnya di sekolah lain, ketika sampai
pada materi pembelajaran bab ini siswa diminta untuk menghafalkan nama-nama
menteri kabinet yang ada di pemerintah pusat Republik Indonesia (RI). Tapi
tidak begitu di sekolah ini. Guru mempunyai keinginan agar siswa tidak hanya
menghafal nama-nama menteri, tapi mereka juga bisa merasakan, mengalami dan
melakukan proses terbentuknya sebuah struktur pemerintahan. Maka dibuatlah
kegiatan pembelajaran dengan tag-line
atau tema akulah presiden OSIS.
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung
hampir dua bulan dengan durasi tatap muka dua jam pelajaran tiap pekannya ini
berlangsung dalam tujuh tahap. Tiap tahap dilaksanakan dalam satu kali tatap
muka.
Tahap pertama, Brainstorming.
Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk
memahami makna organisasi beserta contoh organisasi yang ada di sekitar mereka.
Tahap ini dilakukan dengan strategi pembelajaran diskusi. Guru melakukan
eksplorasi pemahaman anak tentang organisasi dengan cara setiap siswa
menyampaikan arti organisasi yang diketahuinya. Dari beberapa definisi yang
disampaikan oleh para siswa, guru memberikan kesimpulan dan contoh organisasi
mulai dari yang terdekat dengan siswa yaitu organisasi kelas dan sekolah.
Hingga akhirnya semua siswa memiliki pemahaman yang sama tentang organisasi.
Setelah dirasa para siswa sudah cukup
paham tentang organisasi, berikutnya guru melakukan Pemahaman tentang Pemilu
yang dilaksanakan dengan strategi game puzzle
(seperti pada gambar). Pada tahap ini semua siswa di fasilitasi untuk memahami
proses pemilu dengan studi kasus pemilu tahun 2009 di Indonesia. Semua siswa
dibagi beberapa kelompok untuk merangkai puzzle
pemilu yang menggambarkan tahapan-tahapan pemilu. Puzzle pemilu berisi gambar-gambar tahapan pemilu, dari mulai
terbentuknya Komite Pemilihan Umum (KPU) sampai pelantikan presiden dan wakil
presiden. Siswa bebas mengurutkan gambar sesuai pengalaman yang mereka miliki
ketika melihat proses pemilu tahun 2009. Setelah jadi, masing-masing kelompok
mempresentasikan puzzle tadi di depan
kelas. Setelah semua presentasi guru mengoreksi tahapan pemilu yang tidak
sesuai dengan acuan surat edaran resmi pemerintah tentang tahapan pemilu
sehingga semua siswa memahami dengan benar tahapan-tahapan pemilu di Indonesia.
Tahap kedua,
Pembagian Kelompok Kerja (Pokja)
Setelah memahami tahapan pemilu siswa
dibagi menjadi empat kelompok kerja.
Tiap pokja membentuk partai calon peserta pemilu. Dari tiap kelompok yang
dibentuk mengirimkan satu wakil untuk menjadi anggota KPU. Tiap kelompok
bermetamorfose menjadi partai calon peserta pemilu yang akan diseleksi
administrasi oleh KPU. KPU juga bertugas menentukan syarat-syarat kelengkapan
administrasi partai yang bisa mengikuti pemilu. Dari rapat perdana diputuskan
beberapa syarat kelengkapan administrasi partai calon peserta pemilu,
diantaranya; mempunyai struktur partai minimal ketua, sekretaris, bendahara.
Memiliki nama dan logo partai, memiliki calon presiden dan wakil presiden, memiliki
anggota minimal 15 orang yang bisa direkrut dari siswa semua kelas dan
dibuktikan dengan tanda tangan di form yang dibuat sendiri oleh partai
bersangkutan.
Tahap ketiga,
Penetapan Partai Peserta Pemilu
Di tahap ini, KPU melakukan seleksi
partai calon peserta pemilu dengan cara mengecek kelengkapan administrasi yang
telah ditentukan. Dari empat partai hasil bentukan tiap pokja (Partai Wortel,
Partai Pisang, Partai Semangka, dan Partai Pisang) akhirnya hanya dua partai
yang berhasil lolos dan ditetapkan sebagai peserta pemilu, yaitu; partai Wortel
dan Partai Semangka.
Tahap keempat,
Sosialisasi Jadwal Pemilu
Tahap ini diawali dengan pembuatan
jadwal pemilu oleh KPU, dan penentuan nomor urut partai peserta pemilu yang
akan dicantumkan pada kartu suara. Selain nomor urut, di kartu suara juga
dicantumkan foto dan nama semua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.
Setelah jadwal pemilu, nomor urut dan calon ditetapkan, KPU segera menempel publikasi
pemilu ke tiap sudut sekolah.
Tahap kelima,
Debat terbuka pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
Debat
terbuka pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden merupakan salah satu bagian
dari kegiatan kampanye yang difasilitasi KPU. Tujuannya adalah agar calon
pemilih mengetahui program-program yang direncanakan para calon, sehingga
mereka tidak ‘seperti membeli kucing
dalam karung’.
Debat terbuka dilaksanakan di salah satu
ruang kelas dan diikuti oleh semua siswa dan dua orang panelis dari guru. Debat
diawali dengan presentasi program yang disampaikan para calon. Setelah itu
panelis menanggapi presentasi calon. Tanggapan bisa berupa kritikan maupun
dukungan. Semua siswa yang menghadiri debat terbuka tersebut juga diberi
kesempatan secara terbuka untuk mengkonfirmasi program yang disampaikan calon.
Di tahap ini kecakapan berkomunikasi para calon benar-benar diuji. Retorika
masing-masing calon dalam menanggapi masukan atau kritikan bisa meningkatkan
tingkat keyakinan pemilih atau justru sebaliknya bisa saja menurunkan tingkat
keyakinan pemilih sehingga beralih ke calon lain. Di akhir acara debat terbuka,
KPU memberikan simulasi dan tata cara memilih yang benar.
Tahap keenam,
Pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden
Tahap
yang paling menentukan adalah tahap pemilihan dengan cara mencontreng kartu
suara yang bergambar dua pasangan calon presiden dan wakil presiden. Kartu
suara dibuat oleh KPU sejumlah pemilih dan dimasukkan kedalam box per kelas.
Pemilihan dilaksanakan di ruang kelas masing-masing. Semua siswa terlibat dalam
pemilihan, bahkan gurupun dilibatkan, karena mereka juga termasuk bagian dari
masyarakat sekolah. Setelah mencontreng, pemilih menempelkan jari kelingkingnya
pada bantalan tinta yang disediakan dan menempelkannya pada form daftar pemilih
yang sudah disiapkan KPU sebagai tanda ia telah menggunakan hak suaranya.
Setelah pemilihan usai langsung
dilanjutkan dengan penghitungan suara. Dari semua kartu suara ada yang masih
kosong karena ada beberapa siswa yang tidak masuk. Ada juga yang rusak karena
di contreng pada semua calon. Saat penghitungan suara, masing-masing calon
menunjuk saksi yang menyaksikan langsung KPU menghitung kartu suara. Setelah
dihitung suara terbanyak diraih oleh pasangan calon dengan nomor urut I.
Tahap terakhir,
Pidato Presiden terpilih
Pada
tahap terakhir, tibalah saatnya presiden terpilih memberikan pernyataan
resminya didepan publik sekolah melalui Pidato presiden yang dilaksanakan di waktu upacara hari senin.
Namun kegiatan tidak berhenti sampai
disini saja. Selanjutnya, presiden terpilih harus menyusun kabinetnya dan
menetapkan program-programnya.
Kedepannya, pihak manajemen sekolah akan
melibatkan pengurus OSIS tersebut secara aktif dalam pengelolaan setiap
kegiatan sekolah sehingga mereka benar-benar merasakan bekerja untuk melayani
masyarakat sekolah karena pada prinsipnya “pemimpin itu adalah pelayan bagi
yang dipimpinnya atau sayyidul qaum
qadhimuhum.”
Pengalaman siswa dalam berorganisasi di sekolah
sejak dini akan mempercepat kedewasaan mereka dalam berfikir, karena mereka
akan sering berhadapan dengan masalah dan dituntut untuk mampu menyelesaikannya.
Selain itu, mereka juga akan tumbuh menjadi remaja yang kreatif dan tangguh
dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan.
Sudah waktunya di setiap SD dibentuk
OSIS sebagai wahana siswa untuk menempa karakter dan kepribadian terutama dalam
hal mental leadership-nya. Karena, di
tangan merekalah 20 tahun mendatang nasib bangsa ini ditentukan.
*tulisan ini berhasil menjadi juara II lomba menulis esai guru dalam rangka HUT Kota Semarang ke-465 dengan sedikit perubahan pada judul. judul aslinya adalah "urgensi pembelaajran leadership di sekolah dasar". Tulisan ini adalah pengembangan dari lesson plan dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan penulis. Tulisan ini menjadi bukti bahwa lesson plan adalah tambang emasnya guru . . . ayo guru Indonesia SEMANGAT!!!