Selasa, 21 Juli 2009

Dicari! sekolah kejujuran

Nasib tragis akan menimpa sebuah sekolah yang belum terakreditasi maka dalam pelaksanaan ujian akhir sekolah (UASBN) harus menginduk ke sekolah terdekat yang sudah terakreditasi minimal C.
Itulah alasan kenapa sekolah-sekolah berlomba untuk mengejar gelar terakreditasi. Sampai harus menempuhnya dengan segala cara agar bisa terakreditasi. Tak heran kalau akhirnya terjadi manipulasi disana-sini. Penulis pernah mendapat informasi bahwa ada seseorang yang mengeluh terhadap perlakuan sebuah sekolah yang meminjam ktp, ijazahnya untuk dipakai sebagai persyaratan akreditasi tapi setelahnya tidak ada sedikitpun perhatian atau balas jasa yang diberikan.
Ya, kebohongan terstruktur dengan serta merta masal telah terjadi. Dengan dalih apapun yang namanya kebohongan tetap menjadi kebohongan. Sayangnya pihak asesor seakan tidak mau tahu proses yang terjadi di sebuah sekolah yang sedang diproses akreditasinya. Yang penting point-point yang ratusan point di pedoman akreditasi dari BAN dipenuhi dan diadakan. Walaupun kenyataannya sering dibuat-buat atau diada-adakan.
Memang, kita sudah terlanjur terbiasa melakukan penilaian dari melihat hasil akhirnya atau finishnya saja, tanpa memerhatikan awalan dan prosesnya. Lihat saja nasib para pelajar kita yang harus menanggung malu gara-gara nggak lulus ujian akhir sekolah yang dilaksanakan hanya beberapa hari saja sebagai tolak ukur proses 3 atau 6 tahunnya di sekolah.
Dimanakah lagi kita temukan lembaga yang jujur? Dimanakah bisa kita temukan lembaga pendidikan yang benar-benar mendidik kebaikan?
Ada yang tahu?...

Kamis, 16 Juli 2009

Pengumuman! Masuk kelas 1 SD wajib bisa baca

Tanpa sengaja, kemarin saya mendengar salah satu orang tua siswa (sekarang disebut peserta didik) kelas 1 berujar kepada anaknya yang sebelumnya dia lihat dengan mata kepalanya sendiri terpaksa harus dipulangkan terakhir oleh gurunya karena belum bisa membaca dengan lancar.
begini katanya..."makanya, adek nanti malam belajar membaca sama mama ya biar besok pulangnya nggak paling akhir"...
Tidak tahu kenapa tiba-tiba hatiku terasa sakit. Pikirankupun melayang mengingat suatu kali aku pernah ikut seminar pendidikan yang diisi oleh seorang profesor dalam pendidikan yang kebetulan mempunyai pengalaman melakukan lawatan ke negara-negara maju untuk studi banding tentang pendidikan. Beliau mengatakan bahwa di negara maju seperti Amerika, Inggris, Belgia, Australia anak sekolah dikenalkan dengan huruf dan angka yang abstrak baru ketika mereka duduk di kelas 3 SD. Sebelumnya mereka hanya bermain-main saja selama proses pembelajaran.
Anehnya di negeri kita ini sekarang seakan-akan sudah menjadi semacam konsensus antar pengelola sekolah dasar bahwa masuk kelas 1 SD harus sudah bisa membaca dan menulis. Sehingga di bangku TK anak-anak sudah dikenalkan dengan huruf dan angka yang abstrak untuk mengejar prasyarat tadi.
Demikian pula terjadi di keluarga saya sendiri. Uminya (baca:Ibu) anak-anak sempat dibuat stress anak pertama kami yang tahun ini masuk kelas 1 SD karena belum bisa membaca. Rupanya dia (istri saya)pun termakan dampak konsensus tadi. Walaupun sering saya menasehatinya namun dia masih sering pula sedikit memaksa anak saya untuk belajar membaca.
Nah kalo sudah begini siapa yang mau disalahkan?...

Minggu, 12 Juli 2009

Hari Pertama Masuk Sekolah

Gugup, hati berdesir-desir, mati gaya bercampur satu di hari pertamaku masuk sekolah. Mungkin inilah yang dinamakan syndrome hari pertama masuk sekolah. Masa liburan tlah berlalu secepat kedipan mata. Belum puas rasanya berkubang dalam bebasnya waktu.
Sepertinya perasaan seperti ini tidak hanya menimpa diriku. Jujur sebenarnya aku lebih suka liburan daripada sekolah. Hanya kerinduan bertemu teman-teman sajalah yang bisa memaksaku pergi sekolah lagi. Kerinduan yang tuntas di hari pertama aku masuk sekolah. Tuntas oleh perilaku kurang baik teman-teman yang menggejala. tidak habis pikir dari mana mereka mendapatkannya. Syndrome hari pertama masuk sekolah menorehkan keraguanku akan kemampuan sekolahan dalam mendukung tercapainya segala asa...