Senin, 06 Juni 2011

Workshop nasional mendongeng




Selama dua hari, sabtu-ahad, 12-13 Februari 2011 alhamdulillah saya bisa ikut serta dalam workshop nasional mendongeng bersama dengan Master Dongeng Indonesia, kak Bimo। Bertempat di ruang meeting Pand’s Collection Jl. Kaliurang nomor 1 Jogjakarta, kegiatan ini diikuti oleh 30 pendongeng atau calon pendongeng dari berbagai kota di Indonesia. Ada yang dari Bogor, Jakarta, Pekalongan, Pati, Semarang, Jepara, Jogja, Surabaya, dan Lombok. Sebagian besar dari peserta sehari-hari berprofesi sebagai guru PAUD atau SD, walaupun ada juga konsultan pendidikan, psikolog, dan satu orang pelajar SMA. Hal ini menjadikan workshop ini juga sebagai sarana sinergi lintas profesi untuk bersama-sama menyatukan misi perbaikan kondisi negeri.



Master Dongeng Indonesia yang bernama lengkap Bambang Bimo Suryono langsung turun tangan selama dua hari penuh menfasilitasi peserta untuk bisa menjadi pendongeng yang ahli. Awalnya kak Bimo menyatukan persepsi peserta tentang cerita dan dongeng dengan banyak diskusi, selanjutnya peserta lebih banyak melakukan praktek mendongeng.

Materi olah vokal mendapat porsi paling besar dalam workshop tersebut karena konsep dongeng adalah penyampaian peristiwa dengan tutur kata. Dan ternyata kelebihan kak Bimo memang pada olah vokalnya. Pemecah dua Rekor Muri tersebut bisa menirukan lebih dari 170 suara dengan sangat presisi, hampir 100% sama dengan suara aslinya.

Disamping itu, ada beberapa hal yang membuat kak Bimo pantas disebut Master Dongeng, diantaranya; pertama, sudah 12 tahun beliau mendongeng dengan otodidak, kedua, misi beliau yang menjadikan mendongeng sebagai sarana transformasional (merubah karakter anak bangsa) dikala banyak pendongeng lain hanya sekedar transaksional (mendongeng karena dibayar), dan ketiga selain mendongeng beliau juga aktif berdakwah di masyarakat.

Bagi pembaca yang ada event dan membutuhkan pendongeng atau ingin menjadi pendongeng seperti kak Bimo silahkan menghubungi nomor ini, 08156589613.

Mari bersama kita perbaiki karakter anak bangsa dengan dongeng yang berkarakter.

Berbagi di forum eksekutif meeting IMZ


Selasa, 22 Maret 2011 lalu alhamdulillah saya berkesempatan sharing di forum eksekutif meeting IMZ di Hotel Santika Semarang। Saya diminta IMZ untuk memaparkan proses pendirian sekolah juara sebagai salah satu contoh sekolah berbasis komunitas.


Acara yang akan berlangsung tiga hari dihadiri perwakilan lembaga atau badan amil zakat dari seluruh Indonesia. Yang sudah hadir di sesi pertama (sesi saya) kemarin diantaranya dari LAZ Kediri Jawa Timur, LAZ PT Pelindo Jakarta Utara, Bazma Pertamina Balikpapan, Lazma Payaman Padang, LPI Bogor, dan DD Jogja.

Hampir 1,5 jam saya sharing tentang sekolah juara. Banyak masukan yang bisa semakin menyempurnakan program kita. Diantaranya; “untuk pendekatan ke orangtua siswa kenapa tidak sekalian untuk pintu masuk pendekatan ke masyarakat. Jadi pembinaan orangtua berbasis tempat tinggal mereka”, papar pak Azis dari Kediri. Ting...next step jawab saya. Selain pak Azis, ada pak Kusnaedi dari Pelindo, pak Ari dari Pertamina, dan pak Fauzi dari DD yang minta penjelasan seputar goals siswa sekolah juara, proses penjaringan dan kurikulum yang diterapkan. Semua dengan lugas dan tuntas terjawab. “Keep contact ya” kata mas Salman IMZ mengakhiri kebersamaan saya dengan para pejuang zakat Indonesia yang luar biasa.


Rabu, 01 Juni 2011

Movie Learning

Pengalaman pembelajaran ini sebenarnya sudah lama terjadi, sekitar 9 bulan lalu. Tepatnya di semester I lalu. Saat itu saya diamanahi untuk mengampu mata pelajaran PKn kelas I dan III.


Tibalah kami (saya dan para siswa) saat itu pada bab kasih sayang dalam keluarga. Ketika membaca tujuan instruksional dari bab ini saya jadi teringat akan sebuah film drama keluarga yang sangat menyentuh terkait kasih sayang dalam sebuah keluarga.

Homerun, itulah judul filmnya. Film tersebut bercerita tentang hubungan antara kakak dan adik dalam sebuah keluarga miskin yang rukun. Walaupun miskin, mereka memiliki kharakter yang baik. Film Singapura ini ada kemiripan dengan film children of heaven karya sineas Iran.


Ketika saya masuk kelas membawa laptop dan speaker, siswapun bertanya-tanya, "pak Jek mau ngapain tho?". Setelah memotivasi dan menyapa mereka saya langsung membuka laptop dan memutarkan film tersebut. Merekapun terpana melihat film tersebut. Sayang waktunya tidak cukup untuk melakukan refleksi. Sehingga hanya kesimpulan dari saya mengakhiri sesi movie learning waktu itu.